Jika pilihan pasangan hidup hanya
dilandaskan perasaan, cinta, dan syahwat…,
maka bisa jadi kondisi
seseorang sebagaimana perkataan seorang penyair :
فَمَا فِي الأَرْضِ أَشْقَى مِنْ مُحِبٍّ وَإِنْ وَجَدَ الْهَوَى حُلْوَ الْمَذَاقِ
Tidak di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang yang mencintai…
Meskipun nafsu jiwanya telah mendapatkan manisnya rasa cinta…
تَرَاهُ باَكِيًا فِي كُلِّ حِيْنٍ مَخَافَةَ فُرْقَةٍ أَوْ اشْتِيَاقٍ
Engkau melihatnya menangis setiap saat…
Karena takut akan perpisahan atau karena kerinduan…
فَيَبْكِي إِنْ نَأَوْا شَوْقًا إِلَيْهِم وَيَبْكِي إِنْ دَنَوْا خَوْفَ الْفِرَاقِ
Ia menangis jika jauh darinya karena kerinduan…
Dan ia juga menangis jika dekat karena takut perpisahan…
فَتْسْخَنُ عَيْنَيْهِ عِنْدَ الْفِرَاقِ وَتَسْخَنُ عَيْنَهُ عِنْدَ الطَّلاَقِ
Matanya berlinang air mata tatkala perpisahan….
dan matanya juga berlinang air mata tatkala perceraian…
Akan tetapi jika pilihan pasangan hidup dibangun atas kecintaan dan
agama serta tujuan akhirat, maka insya Allah keberkahan akan meliputi
kebahagiaan rumah tangga.
Wallaahu A'lam
*Facebook Ust Firanda Andirja, MA
Rabu, 11 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar