Alhamdulillah. Asshalaatu wassalaamu ‘ala nabiiyihi alkariim.
Beberapa tulisan di dunia maya menyebutkan kelirunya ungkapan
“subhaanallah” ketika seseorang takjub atau kagum terhadap sesuatu.
Benarkah pernyataan ini?
Ungkapan ini tidak benar. Salah satu ungkapan yang dilirihkan seorang
muslim ketika takjub atau kagum terhadap sesuatu adalah ungkapan
‘subhaanallah’.
Berikut beberapa dalilnya:
Dalil pertama:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,”
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau (سبحانك), maka
peliharalah kami dari siksa neraka.”1
Segi pendalilan dalam
ayat ini adalah terdapat tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan
langit dan bumi beserta hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di
dalamnya. Lisan orang yang berakal menyenandungkan tasbih kepada Allah
ketika melihat dan memikirkan tentang segala sesuatu yang Allah
ciptakan.2
Mereka berkata, seperti dalam ayat di atas:
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau (سبحانك), maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Tentang ayat ini, Dr Muhammad ibn Ishaq berkata dalam kitabnya yang berjudul at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah:
“Dalam ayat ini terdapat seruan kepada kamu muslimin untuk merenungi
penciptaan dan bertasbih kepada Allah ketika takjub yang menandakan
kebesaran dan keagungan Allah dan bahwasanya hanya Dialah illah yang
berhak diibadahi dengan benar.”3
Dalil Kedua;
Allah membuka surat al-Israa’ dengan ungkapan tasbih:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”4
Ayat yang mengagumkan ini mengandung sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh siapapun kecuali Allah semata.
Oleh sebab itu Allah membuka surat al-Israa’ dengan tasbih sebagai
sebagai bentuk takjub terhadap mu’jizat yang menandakan kebesaran dan
keagungan-Nya,
kebenaran kenabian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta kedudukan beliau yang tingga di sisi Allah.5
Sebagian ulama berkata:
Ungkapan “Subhaana (سبحان)” dalam ayat di atas adalah untuk “ta’ajjub (takjub/kagum)”[6]
Kesimpulan:
1. Masih banyak nash yang lain mengindikasikan bahwa ungkapan “subhanallah” juga digunakan sebagai bentuk ta’ajjub.
Begitu pula ungkapan para ulama dalam tema ini.
2. Adalah sebuah hal yang keliru ketika menyatakan bahwa ungkapan
“subhanallah” ketika takjub/kagum terhadap sesuatu adalah ungkapan yang
keliru.
3. Penggunaan ungkapan “subhanallah” digunakan atau
diungkapkan pada banyak kondisi seperti penyucian terhadap Allah ketika
melihat atau mendengar sesuatu yang tidak disenangi, kesalahan aqidah,
ta’ajjub dan kondisi lain yang disebutkan para ulama.
4. Kami
sangat menyarankan untuk membaca kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah
wa ar-Raddu ‘ala Mafaahim al-Khathi’ah Fiyhi yang dikarang oleh Dr.
Muhammad ibn Ishaq diterbitkan oleh Maktabah Daar al-Minhaaj, Riyadh.
Kitab ini terdiri dari 2 jilid tebal mengulas panjang lebar tentang
tasbih. Catatan sederhana ini banyak mengambil faidah dari kitab
tersebut jilid 2.
Subhaanaka allahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.
______
Mataram./Lombok. Kamis Sore, 13 Rajab 1434 H/ 23 Mei 2013 M.
Fachrian Almer Akiera
Referensi:
1. Al-Qur-an digital dan terjemahannya.
2. kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah wa ar-Raddu ‘ala Mafaahim
al-Khathi’ah Fiyhi oleh Dr. Muhammad ibn Ishaq, jilid 2, diterbitkan
oleh Maktabah Daar al-Minhaaj, Riyadh.
_____
End Notes:
1. QS Ali Imraan: 190-191
2. Lihat kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah oleh Dr Muhammad ibn Ishaq, hal 32, jilid 2.
3. Ibid, hal 33.
4. QS al-Israa’: 1
5. Lihat kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah, hal 33, jilid 2
7. Lihat kitan al-Hujjah fiy Bayaani al-Muhajjah wa Syarhi ‘Aqiidati
‘Ahli as-Sunnah 1/511. Kami kutip dari kitab at-Tasbih fiy al-Kitab
was Sunnah, hal 33, jilid 2.
0 komentar:
Posting Komentar