Setiap manusia pasti mengalami berbagai
musibah, kesulitan dan kelelahan. Ini adalah suatu ketetapan Alloh yang
tidak bisa diingkari. Alloh Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia berada dalam susah payah.”(QS.Al Balad:4).
Dalam menghadapi berbagai musibah,
manusia memiliki sikap yang bermacam-macam, tergantung pengetahuan
mereka dan keimanan mereka kepada Alloh dan terhadap takdir.
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila dia mendapat kebaikan dia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al Ma’aarij:19-22)
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila dia mendapat kebaikan dia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al Ma’aarij:19-22)
Melalui ayat diatas bisa kita ketahui
bahwa sifat tabiat dasar manusia adalah berkeluh kesah ketika tertimpa
musibah-musibah, seperti kemiskinan, sakit, hilangnya sesuatu yang
dicintai. Dia tidak bersabar, apalagi ridha terhadap takdir Alloh.
Adapun jika mendapat kebaikan, dia sangat kikir, tidak mau menginfakkan
apa yang Alloh berikan, serta tidak bersyukur atas nikmat dan kebaikan
Alloh padanya. Maka, dia berkeluh kesah ketika kesusahan dan kikir
ketika dalam kesenangan. Kecuali orang-orang yang shalat dan memiliki
sifat-sifat yang disebutkan dalam lanjutan ayat diatas.
EMPAT SIKAP DALAM MENGHADAPI MUSIBAH
Kita mungkin telah paham bahwa kewajiban
seorang mukmin dalam menghadapi musibah adalah bersabar. Dia tidak boleh
marah atau murka atas musibah yang menimpa dirinya.Dia wajib menahan
diri dari berbagai hal yang menunjukkan ketidaksabaran. Lebih baik lagi
jika dia mampu bersikap ridha terhadap musibah yang menimpanya, karena
ridha adalah tingkatan yang lebih tinggi dari sabar dalam menghadapi
musibah. Lebih menakjubkan lagi jika seorang mukmin bersyukur atas
musibah yang menimpanya, karena pengetahuannya akan hikmah yang
terkandung dalam musibah ini. Akan tetapi tingkatan ini sangat jarang
sekali dijumpai dan sangat susah untuk mencapainya.
KEPADA SIAPA KITA MENGELUH
Kemudian,dikarenakan sifat dasar manusia
tersebut diatas,terkadang seorang mukmin masih saja terdorong untuk
mengeluhkan berbagai kesusahan yang dia alami ini. Oleh karena itu,
hendaknya kita memperhatikan satu hal, yaitu kepada siapa kita
mengeluhkan semua ini.
Tidak diragukan lagi bahwa semua musibah
ini adalah ketetapan dari Alloh dan Alloh menetapkannya berdasarkan
ilmu-Nya yang Maha luas dan hikmah-Nya yang Maha terpuji. Yang mampu
memberikan maslahat dan mudharat juga hanya Alloh. Tidak ada pula yang
mampu menandingi atau mengalahkan kekuasaan Alloh dan takdir-Nya. Alloh
berfirman:
“Jika Alloh menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkanya kecuali Dia. Dan jika Alloh menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus:107)
“Jika Alloh menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkanya kecuali Dia. Dan jika Alloh menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus:107)
Jika demikian adanya, maka mengeluhkan
berbagai musibah dan bencana ini kepada makhluk tentunya tidak akan
memberikan manfaat sama sekali. Kewajiban seorang hamba Alloh dalam hal
ini adalah berdoa hanya kepada Alloh, karena hanya Dia-lah yang mampu
menghilangkan musibah dan bencana ini.
“Dan janganlah kamu menyembah sesuatu
yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu
selain Alloh. Dikarenakan jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka
sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Tunus:106)
Bahkan mengeluhkan musibah dan bencana
kepada makhluk merupakan kebodohan dan adab yang buruk terhadap Alloh,
karena hal itu berarti mengadukan Alloh Yang Maha Penyayang kepada
makhluk yang tidak mampu menyayangi kecuali dengan izin-Nya.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : “ Seorang jahil (orang yang bodoh) akan mengeluhkan (mengadukan) Alloh kepada manusia. Ini adalah puncaknya kebodohan akan siapa yang dikeluhkan dan siapa yang disampaikan keluhan kepadanya. Jika dia mengenal Rabb-nya, dia tentu tidak akan mengeluhkan-Nya. Dan jika dia mengetahi manusia, dia tentu tidak akan mengeluh kepada mereka.” (Al-Fawaa’id, hlm 85).
Yang benar, mengadukan segala sesuatunya
hanya kepada Alloh. Hal ini tidak bertentangan dengan sikap sabar dalam
menghadapi musibah. Perhatikanlah sikap Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika
tertimpa kesedihan yang mendalam. Alloh berfirman tentangnya:
“Ya’qub menjawab: sesungguhnya hanyalah kepada Alloh aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku…” (QS. Yusuf:86)
Di Salin dari Majalah Nikah Volume 8, Rabiul Akhir – Jumadil Awal 1430 H / 15 April – 15 Mei 2009
0 komentar:
Posting Komentar